30 Hari Keliling Eropa: Mahasiswa-Friendly!

I decided to write this post about a bit detailed information about my Eurotrip in Bahasa, because I think this will be useful for those Indonesians who's planning to do their own Eurotrip on budget. So, here you go.
-
30 hari solo traveling di Eropa yang sangat impulsif ini berawal di suatu hari di Bulan Januari, waktu itu aku lagi suntuk-suntuknya ujian dan segala kemonotonan hidup sebagai mahasiswa kedokteran dan beberapa hal lain yang bener-bener bikin stress, tiba-tiba aku nerima Email dari Qatar Newsletter Subscription yang menyatakan bahwa mereka sedang mengadakan Global Sale sampai 40% OFF. 


Karena merasa sedikit gatal, akhirnya aku click link-nya dan cek-cek harga tiket dari KL ke Paris dan Amsterdam. Dan benar saja, saudara-saudara sekalian, terlalu syok dengan harga yang tertera di layar, aku sebagai ENFP sejati yang keseringan melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang pun langsung telfon Mama karena tetap saja, she is the boss.
"Berapa harganya?"
"IDR5,600,000 Ma."
"One way?"
"Pulang pergi."
"Adek nggak ditipu tuh?"
"Ya enggaklah. Boleh ya, Ma?"
Sempet nggak direstui untuk pergi selama satu bulan, tapi beberapa menit kemudian, tiket KL-Paris-KL untuk awal Mei sudah tersimpan manis di dalam Inbox. FYI, tiket ini dibeli dari tabungan sendiri yang sedikit ditambahi oleh Mama haha.

Btw, satu jam tiket kebeli setelah itu baru mulai panik. Eh gila, sebulan nih? Padahal belum tau jadwal wisuda, jadwal koas, dan jadwal lain-lainnya. Bahkan nggak ngeh kalo itu udah lewat enam hari bulan Ramadan. 


H-3 bulan departure, aku belum kepikiran negara mana aja yang mau aku kunjungin. Sempet bener-bener bingung dan ngerasa overwhelmed karena rasanya pingin mengunjungi semua kota lucu yang ada di Eropa, tapi aku yang self-proclaimed as a soul-searching traveler dan paling anti dengan satu hari-satu kota kayak jalan-jalan pake travel agent, nggak mau rakus dan pingin tinggal di setiap kota lebih lama biar lebih berasa gitu lokalnya. 

H-2 bulan departure, I thought that was really the time to plan every single thing from scratch.

  1. Where To Go - negara mana aja yang mau dikunjungi?
  2. Getting Around - transportasi apa yang mau digunain selama keliling Eropa?
  3. Where To Stay - Airbnb, Hostel, or... Couchsurfing?
  4. Budget - err, this is obvious, innit?
  5. Visa.


PART I - WHERE TO GO.

Jadi, aku bikin tiga rute via Google maps.

  1. Paris - Amsterdam - Copenhagen - Stockholm - Berlin - Prague - Vienna - Venice - Innsbruck - Zurich - Paris.
  2. Paris - Colmar - Zurich - Innsbruck - Venice - Vienna - Prague - Munich - Amsterdam - Brussels - Paris.
  3. Paris - Brugge - Rotterdam - Amsterdam - Berlin - Prague - Vienna - Salzburg - Innsbruck - Zurich - Paris
Terus disini aku bingung. Dengan segala pertimbangan dan berguru kepada teman dan travel blog-travel blog expert diluar sana, akhirnya terpilihlah option #3.



Ohya, I'm totally not an expert, tapi mungkin buat yang bingung untuk menentukan pilihan negara-negara apa yang mau dikunjungin di Eropa, terlebih bagi yang pemula kayak aku gini, waktu itu aku bikin priority-list, kayak sebenernya aku mau lihat apa di Eropa, tujuan utama aku untuk apa, dan sebagainya.

Dan munculah list ini:

  • This trip isn't going to be an ordinary trip. This is not going to be about taking pictures and post-it on Instagram, nor shop-til-drop kind of trip.
  • This is not a trip, even. Or a holiday.
  • This is a journey. Of a lifetime. (Okay, I just got too carried-away.)
  • But, really, I will meet a lot of people on this journey. I will meet my old friends and meet more new friends. I will use my time as best as I can and to try, to learn and to experience a lot about so many new things along the way.
  • Dan yang paling penting, sebagai mahasiswa dengan uang terbatas, perjalanan kali ini harus super hemat dan bukan buat sok sosialita foya-foya buang fulus.


PART II - GETTING AROUND

Sudah menjadi rahasia umum kalo ada tiga pilihan untuk menjajah tanah Eropa: budget airlines, kereta dan bus. 
Dengan segala pertimbangan yang kali ini sudah dipikirkan dengan matang-matang, nggak lagi impulsif, aku akhirnya mantap memilih Flix Bus dengan promo Interflix yang luar biasa sebagai metoda transportasi selama berkeliling Eropa. (I'll write a separate post about this Interflix deal.)

Kenapa bus? Kan macet? Kan lama? Kan pegel? Kan sempit? Kan nggak nyaman?
Alasan pertama, karena aku ini emang pelit.
Kedua, karena harga budget airlines udah nggak budget-friendly lagi atau terlalu mahal setelah aku cek-cek di GoEuro. (Dan lagi, budget airlines emang terkadang murahnya ngga masuk akal, aku pernah baca di blog kayak PP Hamburg - Copenhagen cuma 35 euro, tapi harus diperhatikan secara seksama karena sering ada hidden fee untuk bagasi.)
Lalu untuk kereta langsung dicoret dari pilihan alternatif karena harganya bener-bener nggak masuk akal buat budget mahasiswa pelit ini (yakali coy, satu bulan pake Eurail hampir 10 juta).

Dan nyatanya, Flix Bus jauh lebih nyaman dari bus-bus pariwisata atau bus antarkota di Indonesia.



PART III - WHERE TO STAY  
Kalo bisa dibilang, selama aku berpetualang di luar Indonesia aku nggak pernah pakai hotel. Kali ini bukan karena pelit, tapi lebih karena aku selalu pingin ketemu lokal atau traveler-traveler lain dari berbagai dunia. I always crave for new stories, new people, and new perspectives.
Hotels would never let me experience that, like ever. Hotels are just like horrible luxury to me, especially when I travel on my own. Bolehlah pakai hotel kalo bepergian sama keluarga, tapi kalo lagi sendiri atau sama teman, hostel dan airbnb selalu jadi pilihan utama.

Dan untuk pertama kalinya, di perjalanan kali ini, akhirnya aku diizinkan Mama untuk pakai metode akomodasi lain yang seriously super-super-seru: Couchsurfing.

I'm sure most of you guys have heard what Couchsurfing is and how it really works, but as for a little introduction, I'll tell you that this is an amazing community for travelers who let other travelers to crash on their couches for a couple days. For free. 
To note here that the free couch is not the main point, but to connect with other travelers is.

Karena perjalanan ini adalah perjalanan untuk pengalaman dan bertemu dengan orang-orang baru, waktu itu aku nggak berpikir panjang lagi untuk mencoba di komunitas keren ini.
Dan akhirnya, ini list kota-kota yang aku kunjungi dan dimana aku tinggal:

  • Paris: Airbnb
  • Rotterdam: King Kong Hostel
  • Amsterdam: Central Station Hostel
  • Berlin: Couchsurfing
  • Prague: Airbnb (sebenarnya aku dapat invitation dari host di Prague, tapi karena lokasinya terlalu jauh dari central, akhirnya aku cancel.)
  • Vienna: Dilara's place, which was free. 
  • Salzburg: A&O Hostel (ini juga aku dapat invitation dari Mathilde, tapi sayangnya hostel yang aku book ini nggak free cancellation huhu)
  • Zurich: Backpacker Biber Hostel
  • Paris: Couchsurfing

Biaya akomodasi di Eropa emang kadang yang bikin overbudget, meskipun sudah tinggal di mixed dorm hostel. Makanya, Couchsurfing ini benar-benar bikin 40% lebih hemat, tapi menurut aku itu bukan benefit utamanya. There's nothing better than having a new friend far away from home that makes you feel welcome and even feel at home when you're not even home. 


PART IV - BUDGET
Nah ini yang menurutku paling tricky, karena budgeting itu sesuai prioritas masing-masing.
But, in MY case, aku jadi jauh lebih hemat karena:

  1. Bawa oatmeal, mie dan bubur instant dari Indonesia.
  2. Stay di Couchsurfing (dan aku selalu breakfast dan dinner gratis sama mereka).
  3. Beli bahan makanan di Supermarket lokal dan masak di dapur yang disediakan di Hostel dan Airbnb Apartment.
  4. Nggak belanja. Seriusan, karena aku traveling sebulan cuma bawa cabin luggage dengan 10 pieces baju dan satu pasang sepatu. Nggak muat lah tuh koper haha.
  5. Banyak atraksi-atraksi yang bisa dinikmati secara gratis, make the most of them haha.
  6. Intinya, uang saku yang keluar selama 30 hari di Eropa kurang lebih sekitar IDR13,000,000 dan ini sudah termasuk hostel di Rotterdam, Amsterdam, Salzburg dan Zurich. 
  7. Tiket pesawat, Airbnb di Paris dan Prague & dua Interflix voucher nggak termasuk dalam budget 13juta karena sudah dibayar in advance dengan kartu kredit.
Ohya, aku nyuci selama di Eropa. Makanya aku selalu cari hostel/airbnb yang menyediakan mesin cuci, karena selama di Couchsurfing aku nggak mau nyuci. Yakali, udah dikasih atap gratis, masih mau numpang nyuci juga???

PS: Aku nggak bawa rice-cooker. Merepotkan. Beras yang dijual di Supermarket lokal mudah sekali dimasak, tinggal cuci dan di masak di kompor. Bahkan di Airbnb Prague, host aku menyediakan beras, pasta, teh, susu, kopi dan bumbu-bumbu masak. Gratis cuy.



PART V - VISA
Untuk mengajukan Schengen Visa, semua tips dan trick sudah bisa di google sendiri, karena banyak sekali blog-blog yang membahas soal visa sampai hal yang paling detail.
Intinya, kalo dari aku sih, lengkapi semua dokumennya. Mereka cuma butuh kepastian kita ini hanya berkunjung untuk leisure, bukan untuk jadi imigran gelap. That's it.

Anyway, mungkin aku agak ekstrim sih ya, beli tiket pesawat, booking akomodasi dan transportasi terus baru apply visa. Tapi, seriously though, this is just what I did.
Aku beli tiket PP, booking semua penginapan via Booking.com yang free cancellation (karena Embassy butuh confirmed plane ticket and accomodation with all complete itinerary for the visa), dan melengkapi semua dokumen, terus aku apply ke Embassy.

Ohya, aku sendiri mengajukan via Netherland Embassy di VFS Kuningan dan dapat Multiple Entry 90 days. Dua tahun yang lalu aku apply via TSL France dan waktu itu aku sempat bingung mau apply lewat mana untuk yang kunjungan kedua ini, secara pesawatku PP di Paris. 
Aku sempat baca-baca di blog dan tanya-tanya di Grup Backpacker Dunia, dan akhirnya aku memutuskan untuk apply via Netherland. 




Okay, I think that's all for now. Mungkin bagi yang ingin tau spesifiknya total budget yang keluar selama di Eropa 30 hari akan saya beritahu lewat personal contact, karena jujur aja aku belum bikin detail yang benar-benar lengkap haha. Semoga bermanfaat!

1 comment :

  1. eropa memang photogenic ya, sukaanya pool.

    ReplyDelete