Tiga Hari di Salzburg!


Setelah lebih dari setengah tahun perjalanan ini dilakukan, akhirnya Nerissa sang pemalas ini berhasil juga ngumpulin sisa-sisa semangat juang yang ada untuk merampungkan tulisan tentang kunjungan singkat namun luar biasa itu ke Salzburg, a very very very cute and adorable small town, yang kebanyakan orang-orang kenal karena film zaman kita kecil dulu, Sound of Music.

Sebenarnya waktu masih mikirin itinerary masih bingung apa mau ke Salzburg atau Innsbruck, karena dua-duanya kota yang bener-bener nggemesin. Tapi karena setelah dipikir-pikir masalah waktu dan budget mahasiswa yang terbatas, dan Innsbruck susah cari hostel atau couchsurfing, berakhirlah di Salzburg yang cantik dan mungil ini. Tapi sama sekali nggak ada penyesalan! 
Kalo nggak ke Salzburg, aku nggak akan ketemu Mathilde dan Nathan, a couple from Salzburg whom I met from Couchsurfing!

Even the shop sign look so pretty and fairytale-ish!


Pagi itu aku tiba di Salzburg sekitar jam 10 setelah di manja-manjakan oleh pemandangan adem-ayem gunung-sungai-rerumputan ala Eropa, via train dari Vienna. Ohya, perlu diingat bagi yang pakai jasa FlixBus rute Vienna ke Salzburg, mereka pakainya train ya! Bukan bus! Jangan kaya aku yang udah lama-lama nungguin bus di bus stop, akhirnya harus lari-lari penuh drama ke peron.

Sampai di Salzburg Haupthbanhof langsung check-in di hostel A&O Salzburg Haupthbanhof yang jaraknya cuma lima menit jalan kaki. Overall, aku suka banget stay di hostel itu karena nyaman, bersih, kasurnya empuk dan nggak berisik jalan raya. Plus, kamar mandi di dalam. Kurang apalagi?

Setelah nge-drop barang, Mathilde ngabarin kalo dia sudah sampai di lobby hostel. Mathilde ini teman baru yang aku ketemu di Couchsurfing, yang ternyata juga mahasiswa kedokteran! Sewaktu di Jerman tiba-tiba aku dapat invitation untuk stay di flat-nya, setelah cerita dia sangat excited untuk bisa main sama aku yang sama-sama anak kedokteran, dia dan pacarnya ini juga berencana untuk main ke Indonesia Juli 2017. Tapi, karena aku udah terlanjur book dan bayar si hostel, akhirnya kami mutusin untuk jalan-jalan bareng aja sekeliling si Salzburg.
And it turned out, she was a very very sweet, calm and smart girl! 

Mirabell Palace & Garden
Salzburg Castle at the background

Jalan dari hostel ke downtown Salzburg emang cukup jauh tapi nggak begitu berasa karena udaranya masih sejuk, pemandangan kanan-kiri segar dan obrolan-obrolan seru antara aku & Mathilde. Sampai akhirnya kita tiba di Mirabell Palace, yang menandakan kalo kita sudah sampai di pusat keramaian Salzburg. 
Mirabell Palace Garden ini cantiiiik sekali, meskipun aku nggak masuk - karena, maklum, mahasiswa dengan budget terbatas, namun aku sudah cukup amat sangat senang bisa jalan-jalan dan duduk-duduk sambil makan siang bareng Mathilde disini. 

Jembatan yang perlu disebrangin untuk mencapai Old Town Salzburg. 
Nggak ngerti kenapa semua jembatan di Eropa jadi dipasangin gembok-gembok cinta.
The view from the love-lock bridge! Spot the castle and the church dome!
Nah, Old Town Salzburg is at the back of those pastel buildings.

Setelah ngelewatin Mirabell dan jalan beberapa menit lagi, akhirnya kami tiba di Salzburg downtown. Mulai deh kelihatan turis-turis berlalu-lalang, yang nggak diduga-duga kebanyakan turis dari Korea Selatan. 

 Gedung-gedung khas di Salzburg yang berwarna pastel dan nempel satu sama lain.

Dan akhirnya... kita tiba di Old Town Salzburg!

Nggak bohong. Kota Tua Salzburg ini cantiiiik banget. Secantik itu. Rasanya kaya di buku-buku fairytale anak-anak dan jalan menyusuri jalan imut itu berasa seperti jalan di jalanan yang bertaburan fairy dust-nya Tinker Bell. 

The Salzach,
sungai yang mengaliri Kota Salzburg yang nantinya akan bergabung dengan The Danube!
Bersiiiih sekali. Pusing kok bisa sebersih itu :(

Setelah puas jalan-jalan di daerah Old Town, aku dan Mathilde memutuskan untuk jalan memutari Salzburg. Secara Salzburg ini kota yang imut dan kecil, dua jam sudah cukup untuk mengitari kotanya!

Walking along The Salzach!

Disini Mathilde ngejelasin kalo khas komplek perumahan atau flat di Salzburg adalah yang nempel-nempel ke gunung ini. Yang bener-bener waktu ngebangunnya mereka nempel ke gunungnya. At that time I was so amazed, like how could they build their houses like that? 
One of my favorite block. Look how cool is that?!


Setelah diajakin mampir ke flat Mathilde untuk istirahat dan minum kopi ala Italy (ohya, Mathilde dan pacarnya, Nathan ini sebenarnya orang Italia! Tapi mereka ketemu di Graz waktu kuliah dan lalu karena pekerjaan, akhirnya mereka ngerantau dan menetap di Salzburg), akhirnya Mathilde ngajak aku untuk mengunjungi Salzburg Castle. 
Tentu saja nggak berhasil masuk ke dalam istananya, karena selain aku mahasiswa pelit dan kere, istananya juga udah tutup untuk pengunjung. Dan akhirnya, lagi-lagi aku juga sudah sangat cukup puas untuk duduk-duduk di depan castle dengan view yang amat sangat luar biasa astagaaaa huhuhu kapan aku ini bisa ngajak Mama ke Salzburg yang cantik ini? :( :( :(

Subhanallah why are you so cute and gorgeous?

Hari itu capek banget, tapi aku senang. Alhamdulillah.
Malamnya kami pulang ke flat Mathilde dan aku diajak dinner bersama dia dan Nathan. Waktu kami sampai, Nathan yang baru aja pulang kerja udah masak aja dong di dapur. Actually, si Nathan tampan btw hahaha. Tampan-tampan ala nerd dengan kacamata yang bikin dia makin charming haha cukup Neri. 
Sepanjang dinner ini banyak sekali yg dibahas, I love couchsurfing really. Tentang kehidupan Mathilde, kehidupan Nathan, lalu kehidupan aku. Tentang Salzburg. Tentang Italy. Tentang kopi-kopian ("We're Italian. We truly can't live without coffee!" Nathan said). Tentang lika-liku kehidupan mahasiswa kedokteran. Tentang OSCE (yES, OSCE). Dan akhirnya, tentang Indonesia. Mathilde dan Nathan yang penasaran banget dengar cerita tentang Indonesia dengan mayoritas penduduknya yg beragama Islam.

"Is it okay if Mathilde wears a shirt and a legging on the beach in Yogyakarta?" Nathan asked me.
"Of course, it's more than okay...?" I was a bit confused with his question.
"Really? Is a legging okay in Indonesia?"
Then I laughed.

Lucunya Nathan ini.

"How do you know about Salzburg, Nerissa? It's such a small town in the middle of nowhere!" asked Nathan.
"Have you ever watched Sound of Music, Nathan?"
He blinked, "Oh. Right."

Lucunya Nathan ini, Part II.

"In Indonesia, do you guys speak two main languages?" Nathan asked again.
"We actually have hundreds of other traditional languages, but no, the main language is only Bahasa." I answered lightly while munching a bar of chocolate.
He looked confused. "Wait, don't you guys speak Arabic too? Since the majority of Indonesian are muslims?" 
Then I laughed again.

Setelah makan malam, Nathan dan Mathilde nganterin aku ke hostel - yang sebenarnya emang cukup jauh dari flat mereka yang benar-benar berada di pusat Salzburg. Salzburg di malam hari juga cantik dan sejuk, aku suka sekali. Dan jalan bareng dua pasangan lucu dan baikkk ini juga yang bikin Salzburg jadi kota yang paling aku suka selama perjalanan aku di Eropa ini.

Salzburg castle from Kapuzinerberg Hill.
The next day Mathilde and I met again and decided to go on a hike in the forest of Kapuzinerberg, a mountain across Salzburg Castle. It was my first hiking in the real forest, and the view was worth it.
The castle look beyond magical from a distance. I remember I couldn't stop saying Subhanallah because it was so so so beautiful.

Salzburg is really my favorite place during this Eurotrip. All I thought was my mother, just like when I was in Keukenhof. She would love Salzburg, with its calmness and cuteness. I can't wait to visit the town again with her someday soon! 

4 comments :

  1. Amazing mba cantik sekali Salzburg super bersih sekali sampai sungainya pun luar biasa bersih, semoga saya punya kesempatan mengunjungi old town Salzburg, terimakasih sudah memberi informasi yang detail

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa cantik sekali ya, amiin amiin semoga secepatnya bisa mengunjungi! terima kasih kembali sudah mampir :)

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Tulisannya beneran inspiratif. Thanks anyway udah sharing banyak hal! :)

    ReplyDelete